Jumat, 01 April 2011

Sejarah Sepeda Motor di Indonesia

Keberadaan sepeda motor di Indonesia ternyata, sudah dimulai sejak tahun awal produksi sepeda motor pertama didunia, yaitu pada tahun 1893 tepatnya di masa penjajahan Belanda. Walaupun yang membawanya bukanlah orang pribumi Indonesia (John C. Potter), tetapi sebuah hal yang luar biasa ketika sepeda motor komersial pertama di dunia ternyata langsung dikirim ke Indonesia pada tahun pertama pembuatannya. Terlebih lagi, baru dua tahun kemudian sepeda motor komersial pertama tersebut masuk Amerika Serikat (Sepeda motor ini pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1895 ketika seorang pemain sirkus asal Perancis membawanya ke New York). Tapi sayangnya peristiwa yang sangat bersejarah ini, tidak dapat dijadikan landasan bagi bangsa ini, untuk dapat memproduksi sepeda motor ciptaan sendiri. Untuk lebih rincinya kita simak uraian di bawah ini.


1. Tahun 1893,
Sepeda motor di Indonesia pertama kali dimiliki oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama John C. Potter. Sehari-hari J.C. Potter bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca: Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.

Sepeda motor milik John C. Potter.




2. Pada 1899,
Hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik beroda tiga itu juga digunakan untuk menarik wagon penumpang. Sepeda motor De Dion Bouton cukup terkenal di masanya.

Sepeda motor De Dion Bouton Tricycle.



3. Tahun 1902,
Hadir sepeda motor Minerva buatan Belgia yang juga digunakan untuk menarik wagon. Mesin Minerva saat itu juga dipesan dan digunakan pada merk motor lain sebelum bisa membuat mesin sendiri, diantaranya adalah Ariel Motorcycles di Inggris.

Sepeda motor Minerva.




4. Tahun 1906,
Administratur Bantool (Bantul) di Yogyakarta juga terlihat mempunyai sepeda motor dan beberapa buah mobil. Pada masa itu, memang hanya orang Belanda dan Inggris serta disusul pribumi ningrat yang mempunyai kemampuan membeli sepeda motor pada masa-masa awal.

Sepeda motor milik Administratur Bantul.





5. Klub-klub Touring.
Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula.

Salah satu klub touring sepeda motor.



6. Tahun 1916 – 1926,
Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar, R.S Stockvis & Zonnen Ltd merupakan salah satu perusahaan yang tercatat menyediakan suku-suku cadang motor.


7. Tahun 1950,
Ribuan motor BMW masuk ke Indonesia dengan dua cara, yaitu lewat jalur pemerintah (hanya perwira yang diizinkan) dan lewat jalur swasta dengan membangun tempat pameran dan pemesanan. Di Bandung saat itu ada dua, yaitu NV Spemotri yang gedungnya saat ini menjadi Bank Niaga di Dago, dan CV Dennbarr di Simpang Lima Bandung. Yang paling banyak masuk Indonesia adalah BMW satu silinder 249 cc, yaitu R25, R26, dan R27. BMW menjadi semacam kendaraan resmi pembuka jalan acara kenegaraan seperti ketika mengawal masuknya bendera Merah Putih ke Bandung tanggal 28 September 1961. Varian langka BMW R51/2 500 cc keluaran 1952 diyakini hanya ada dua di Indonesia.

BMW R51.



8. tahun 1960-an,
Skuter Vespa masuk Indonesia disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Honda, Suzuki, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki. Pada akhirnya, bagaimanapun, seperti juga terjadi di seluruh dunia, motor (mobil) Jepang akhirnya merajai pasar otomotif Indonesia.



TOUR DE JAVA

Rute perjalanan dari Batavia ke Surabaya.



Pengendara sepeda motor di Indonesia tidak lepas dari gelegak kompetisi seperti pengendara di luar negeri. Pengendara sepeda motor ini berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer. Rute yang dilewati dari Batavia kearah Bandung, Semarang, Blora, Tjepu, menuju Soerabaja. pada uraian dibawah dapat kita lihat, catatan tentang pemecahan rekor perjalanan dari Jakarta sampai Surabaya:

1. Tanggal 7 Mei 1917,
Gerrit de Raadt dengan mengendarai sepeda motor Reading Standard membukukan rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dalam waktu 20 jam dan 45 menit.

2. Tanggal 16 Mei 1917,
Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam. Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.

Frits Sluijmers dan Wim Wygchel .



3. Tanggal 24 Mei 1917,
Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.

4. Tanggal 18 September 1917,
Rekor Goddy Younge sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.

Barend ten Dam.





5. Tanggal 24 September 1917,
Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.

Goddy Younge bersama motor motor Harley Davidsonnya.



6. 18 Agustus 1932,
Gerrit de Raadt yang pertama kali membuat rekor 20 jam 45 menit kemudian memperbaiki rekor terakhirnya menggunakan sepeda motor Rudge, dengan catatan waktu 10 jam 1 menit atau tidak lebih dari setengah waktu rekor pertamanya. Saat inipun, menempuh Jakarta-Surabaya dalam waktu 10 jam mengendarai motor merupakan pencapaian yang tidak mudah. Sejak tahun 1934, rute Batavia-Soerabaja tidak lagi hanya melalui Bandung yang jaraknya 845 kilometer, tetapi juga melalui jalur utara (lewat Pamanukan) yang jaraknya lebih pendek 45 kilometer.


Related article:
http://motorlama.com/sejarah-sepeda-motor-di-indonesia.php

1 komentar:

nice impoh gan....
nga nyangka kita lebih dlu dr amerika, tp syg smpi skrg kita blm bs memproduksi motor sendiri...

Posting Komentar

Setelah baca, harap beri komentar agar blog ini bisa lebih baik. Terima kasih